Stres adalah hal yang normal dalam setiap kehidupan manusia. Stres bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari soal pekerjaan, persoalan ekonomi, hingga kesehatan salah satu anggota keluarga, misalnya ketika mengetahui bahwa anak didiagnosis dengan autisme.
Gangguan spektrum autisme atau disebut juga dengan autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi perkembangan saraf, di mana seseorang dengan autisme menunjukkan adanya perbedaan komunikasi dan interaksi sosial, serta sering menunjukkan minat atau pola perilaku yang terbatas dan berulang.
Diagnosis Autisme pada Anak
Menurut CDC, autisme dapat dialami siapa saja, namun penelitian menunjukkan bahwa autisme lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Mendiagnosis anak dengan gangguan spektrm autisme tidak mudah, karena tidak ada tes medis khusus untuk mendiagnosis gangguan tersebut. Satu-satunya yang bisa dilakukan oleh dokter adalah melihat riwayat perkembangan dan perilaku anak untuk membuat diagnosis.
Autisme terkadang dapat dideteksi pada usia 18 bulan atau lebih muda. Untuk mendiagnosis anak usia 2 tahun dengan autisme dibutuhkan kemampuan profesional yang handal, sehingga apabila saat ini anak Anda didiagnosis dengan autisme dan Anda mengalami keraguan, ada baiknya Anda mencari second opinion.
Pun demikian, sebagian anak yang tidak didiagnosis hingga remaja atau dewasa akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam kehidupannya. Karena sejatinya diagnosis dini dapat membantu anak-anak menerima dukungan dan tetap dapat bertumbuh serta berkembang sesuai dengan anak seusianya.
Tips untuk Orang Tua yang Anaknya Didiagnosis dengan Autisme
Membesarkan anak dengan gangguan autisme akan menjadi tantangan yang tersendiri bagi orang tua. Namun dengan perawatan yang tepat, gejalanya bisa dikelola dan anak bisa hidup normal seperti pada umumnya.
Jadi apa yang harus dilakukan pertama kali bila anak didiagnosis dengan autisme?
Menerima kondisi anak
Hal pertama yang paling penting untuk dilakukan adalah menerima kondisi anak. Penerimaan akan menciptakan energi positif sehingga Anda bisa memanfaatkan energi untuk menghadapi situasi dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Tidak perlu menyalahkan diri atas kondisi anak, karena sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak dengan autisme dan penyebab pastinya tidak selalu diketahui.
Dapatkan dukungan
Ketika anak didiagnosis dengan autisme, maka Anda perlu mencari dukungnan baik dari keluarga maupun sahabat. Tidak perlu malu untuk meminta bantuan ketika dibutuhkan, misalnya untuk menjaga anak sejenak ketika Anda butuh waktu beristirahat atau sekedar menumpahkan uneg-uneg.
Cari dan bergabunglah dengan grup orang tua anak dengan autisme lainnya. Berbagi pengalaman dengan mereka yang merasakan hal yang serupa tidak hanya menambah pengetahuan namun juga menguatkan orang tua bahwa mereka tidak menjalani ini sendirian.
Buat daftar rencana perawatan
Anda bisa meminta bantuan dokter untuk membuat rencana perawatan dan apa-apa saja yang perlu dilakukan di rumah. Misalnya tentang menu makanan yang direkomendasikan, kegiatan yang membantu mengelola gejalanya, terapi yang harus dijalaninya, dan lain sebagainya.
Mencari komunitas dan sekolah untuk anak
Anda mungkin perlu mencari sekolah yang tepat untuk anak, yang ke depannya tidak akan membuat anak mengalami kesulitan saat harus bersosialisasi dengan orang banyak. Lakukan survei singkat dan minta rekomendasi dari konselor agar anak mendapatkan komunitas dan sekolah yang tepat.
Yang terakhir dan terpenting, jangan lupa untuk memperhatikan diri Anda sendiri dan pasangan. Menjadi orang tua dari anak dengan autisme terkadang bisa sangat melelahkan karena Anda harus mengutamakan kebutuhan anak di atas segalanya. Dengan tetap memperhatikan kebutuhan diri dan meluangkan waktu untuk me time akan membantu Anda tetap bersemangat merawat dan membesarkan anak dengan autisme.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono